"Hendaklah kalian mengingat Allah, dan shalatlah kalian di awal waktu. Sesungguhnya Allah `Azza wa Jalla melipatgandakan pahala kalian" (HR. Al-Thabrani)
Shalat adalah "komunikasi langsung" dengan Khaliq. Langsung karena tidak boleh "diwakilkan" oleh orang lain. Atau, tidak boleh digantikan oleh amalan apapun, karena ia sarana percakapan hamba (makhluk) dengan penciptanya (khalik).Dan Allah telah menentukan waktu-waktunya, “….sesungguhnya shalat adalah kewajiban yang sudah ditentukan waktunya bagi orang mukmin”. (Qs. An-Nisaa: 103)
Sungguh indah kehidupan seorang Muslim dengan Rabb-nya. Setiap hari, lima kali ia menghadap kepada-Nya. Belum lagi shalat-shalat tambahan (nawafil), seperti Dhuha, Witir, Qiyamullail, dsb. Saat itulah hamba sebagai maklhuk meninggikan Rabb-nya sebagai Rabbiul a’la, Bertasybih, memohon pertolongan, meminta rahmat, huda dan maghfirrah kepada-Nya.
Shalat, menurut Rasulullah saw "bak" sungai yang mengalir di depan pintu rumah seorang Muslim. Dari Abu Hurairah ra, beliau berkata: "Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: "Bagaimana pendapat kalian seandainya di depan pintu seorang dari kalian terdapat sebuah sungai. Setiap hari ia mandi lima kali di dalamnya. Apakah masih ada kotoran yang melekat di tubuhnya?" Mereka menjawab: "Tidak ada!" Rasulullah berkata: "Itulah perumpamaan shalat lima waktu, dengannya Allah menghapus semua kesalahan" (Muttafaq `Alaih).
Dari Jabir ra, ia berkata: "Rasulullah saw bersabda: "Perumpamaan shalat lima waktu seperti sebuah sungai yang melimpah, yang mengalir di depan pintu rumah seorang dari kalian. Ia mandi di dalamnya setiap hari lima kali" (HR. Muslim).
Subhanallah! Begitu pemurahnya Allah kepada kita. Dosa-dosa kita dihapus hanya dengan shalat lima waktu. Kesalahan kita berguguran di sungai "penghapus dosa". Tidak ada kenikmatan, selain kenikmatan bermunajat kepada Allah lewat shalat. Shalat dijadikan oleh Rasulullah saw sebagai "permata hati" (qurah `ain). Dalam sebuah haditsnya yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, Rasulullah berkata kepada Bilal: "Ya Bilal! Aqim al-shalah wa arihna biha (Hai Bilal! Dirikanlah shalat dan rehatkan kami dengannya). Bahkan akhir dari wasiat beliau adalah: "shalat" (HR. Ibnu Majah).
Bahkan diyaumilhissab shalat memiliki peringkat yang pertama yang ditanyakan Rabbul ‘izati, maka oleh kerena itu jangan lalaikan shalat dan jangan riya
Pertanyaannya adalah: shalat yang bagaimanakah yang berfungsi sebagai "sungai penghapus dosa" itu?
Pertama, shalat yang senantiasa dilakukan di awal waktunya. Shalat inilah yang dicintai oleh Allah swt. Hal ini dijelaskan oleh Nabi saw dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh Abdullah ibn Mas`ud ra: "Aku bertanya kepada Rasulullah saw: "Amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah? Beliau menjawab: "Shalat pada waktunya!" Aku bertanya lagi: "Lalu apa? Berbakti kepada kedua orangtua", jawab beliau. Lalu aku bertanya lagi: "Kemudian apa lagi? Beliau menjawab: "Jihad fiisabilillah" (Muttafaq `Alaih).
Kedua, shalat yang khusyu`. Maka, marilah kita berusaha untuk khusyu`. Khusyu adalah tartil dan mengerti dari pada arti shalat itu sendiri, mengerti apa yang dibaca, mengikutu rukun-rukunnya itulah khusyu` dalam shalat adalah usaha yang sangat baik. Allah swt berfirman: "Telah beruntunglah orang-orang yang berikan. (Yaitu) orang-orang yang khusyu` dalam shalatnya" (Qs. Al-Mu'minun: 1-2).
Tentunya untuk khusyu` adala prioritas dari shalat itu sendiri agar bias menjadi khusyu tetapkan hati bahwa kita sedang menghadap khalik sebagai pencipta diri kita dan semua makhluk yang ada di alam semesta ini. Berwudhulah dengan benar. Jangan menyia-nyiakan air, itu mubadzir, dan mubadzir adalah perbuatan syaitan. "Tidak seorang Muslim pun yang berwudhu, kemudian ia memperbagus wudhu'nya, lalu ia mendirikan shalat dua rakaat. Dengan dua rakaat itu ia benar-benar menghadapkan hatinya dan wajahnya, melainkan ia wajib memperoleh surga" (HR. Muslim).
Rasulullah saw bersabda: "Seburuk-buruk manusia adalah yang mencuri shalatnya". Mereka bertanya: "Bagaimana seseorang mencuri shalatnya?" Beliu menjawab: "Ruku dan sujudnya tidak sempurna" (HR. Ahmad). Inilah mungkin model shalat "patok ayam".
Selain itu, shalat yang khusyu` adalah "media" untuk menggapai ampunan Allah swt. Nabi saw bersabda: "Barangsiapa yang berwudhu dan memperbagus wudhu'nya. Kemudian ia shalat sebanyak dua rakaat atau empat rakaat, baik itu shalat wajib (maktubah) atau selainnya (shalat sunnah), dimana ia ruku dan sujud dengan baik kemudian meminta ampun kepada Allah, niscaya Allah mengampunkannya" (HR. Al-Thabrani).
Ketiga, shalat yang dilakukan dengan ikhlas. Amal adalah "jasad", dan ruhnya adalah "ikhlas". Shalat yang dilakukan dengan niat agar dilihat orang sebagai orang yang rajin shalat adalah shalat yang hanya menghabiskan energi. Dalam setiap ibadah, Allah senantiasa menganjurkan kita untuk "ikhlas" dan mengharap ridha dari-Nya. Shalat yang hanya sekedar "menggugurkan" kewajiban adalah shalat yang tidak banyak memberikan bekas dalam kehidupan. Allah menjelaskan: "Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya mengabdikan (beribadah) kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) dien... " (Qs. Al-Bayyinah: 5).
Sahalat sebagai sarana memperoleh pertolongan Allah, “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai sarana untuk memperoleh pertolongan Allah,….”(Qs. Al-Baqarah: 153)
Begitu pentingnya shalat baik dalam keadaan apapun baik dikala lapang atau sempit, baik dikala sehat atau sakit
Dan implementasi orang-orang yang aqimusshalah dilihat diluar shalatnya mereka melakukan amr ma’ruf nahi munkar
Insya Allah, dengan shalat dapat membedakan kaum muslim dengan orang-orang kafir. Wallahu a`lamu bi al-shawab.
Sungguh indah kehidupan seorang Muslim dengan Rabb-nya. Setiap hari, lima kali ia menghadap kepada-Nya. Belum lagi shalat-shalat tambahan (nawafil), seperti Dhuha, Witir, Qiyamullail, dsb. Saat itulah hamba sebagai maklhuk meninggikan Rabb-nya sebagai Rabbiul a’la, Bertasybih, memohon pertolongan, meminta rahmat, huda dan maghfirrah kepada-Nya.
Shalat, menurut Rasulullah saw "bak" sungai yang mengalir di depan pintu rumah seorang Muslim. Dari Abu Hurairah ra, beliau berkata: "Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: "Bagaimana pendapat kalian seandainya di depan pintu seorang dari kalian terdapat sebuah sungai. Setiap hari ia mandi lima kali di dalamnya. Apakah masih ada kotoran yang melekat di tubuhnya?" Mereka menjawab: "Tidak ada!" Rasulullah berkata: "Itulah perumpamaan shalat lima waktu, dengannya Allah menghapus semua kesalahan" (Muttafaq `Alaih).
Dari Jabir ra, ia berkata: "Rasulullah saw bersabda: "Perumpamaan shalat lima waktu seperti sebuah sungai yang melimpah, yang mengalir di depan pintu rumah seorang dari kalian. Ia mandi di dalamnya setiap hari lima kali" (HR. Muslim).
Subhanallah! Begitu pemurahnya Allah kepada kita. Dosa-dosa kita dihapus hanya dengan shalat lima waktu. Kesalahan kita berguguran di sungai "penghapus dosa". Tidak ada kenikmatan, selain kenikmatan bermunajat kepada Allah lewat shalat. Shalat dijadikan oleh Rasulullah saw sebagai "permata hati" (qurah `ain). Dalam sebuah haditsnya yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, Rasulullah berkata kepada Bilal: "Ya Bilal! Aqim al-shalah wa arihna biha (Hai Bilal! Dirikanlah shalat dan rehatkan kami dengannya). Bahkan akhir dari wasiat beliau adalah: "shalat" (HR. Ibnu Majah).
Bahkan diyaumilhissab shalat memiliki peringkat yang pertama yang ditanyakan Rabbul ‘izati, maka oleh kerena itu jangan lalaikan shalat dan jangan riya
Pertanyaannya adalah: shalat yang bagaimanakah yang berfungsi sebagai "sungai penghapus dosa" itu?
Pertama, shalat yang senantiasa dilakukan di awal waktunya. Shalat inilah yang dicintai oleh Allah swt. Hal ini dijelaskan oleh Nabi saw dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh Abdullah ibn Mas`ud ra: "Aku bertanya kepada Rasulullah saw: "Amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah? Beliau menjawab: "Shalat pada waktunya!" Aku bertanya lagi: "Lalu apa? Berbakti kepada kedua orangtua", jawab beliau. Lalu aku bertanya lagi: "Kemudian apa lagi? Beliau menjawab: "Jihad fiisabilillah" (Muttafaq `Alaih).
Kedua, shalat yang khusyu`. Maka, marilah kita berusaha untuk khusyu`. Khusyu adalah tartil dan mengerti dari pada arti shalat itu sendiri, mengerti apa yang dibaca, mengikutu rukun-rukunnya itulah khusyu` dalam shalat adalah usaha yang sangat baik. Allah swt berfirman: "Telah beruntunglah orang-orang yang berikan. (Yaitu) orang-orang yang khusyu` dalam shalatnya" (Qs. Al-Mu'minun: 1-2).
Tentunya untuk khusyu` adala prioritas dari shalat itu sendiri agar bias menjadi khusyu tetapkan hati bahwa kita sedang menghadap khalik sebagai pencipta diri kita dan semua makhluk yang ada di alam semesta ini. Berwudhulah dengan benar. Jangan menyia-nyiakan air, itu mubadzir, dan mubadzir adalah perbuatan syaitan. "Tidak seorang Muslim pun yang berwudhu, kemudian ia memperbagus wudhu'nya, lalu ia mendirikan shalat dua rakaat. Dengan dua rakaat itu ia benar-benar menghadapkan hatinya dan wajahnya, melainkan ia wajib memperoleh surga" (HR. Muslim).
Rasulullah saw bersabda: "Seburuk-buruk manusia adalah yang mencuri shalatnya". Mereka bertanya: "Bagaimana seseorang mencuri shalatnya?" Beliu menjawab: "Ruku dan sujudnya tidak sempurna" (HR. Ahmad). Inilah mungkin model shalat "patok ayam".
Selain itu, shalat yang khusyu` adalah "media" untuk menggapai ampunan Allah swt. Nabi saw bersabda: "Barangsiapa yang berwudhu dan memperbagus wudhu'nya. Kemudian ia shalat sebanyak dua rakaat atau empat rakaat, baik itu shalat wajib (maktubah) atau selainnya (shalat sunnah), dimana ia ruku dan sujud dengan baik kemudian meminta ampun kepada Allah, niscaya Allah mengampunkannya" (HR. Al-Thabrani).
Ketiga, shalat yang dilakukan dengan ikhlas. Amal adalah "jasad", dan ruhnya adalah "ikhlas". Shalat yang dilakukan dengan niat agar dilihat orang sebagai orang yang rajin shalat adalah shalat yang hanya menghabiskan energi. Dalam setiap ibadah, Allah senantiasa menganjurkan kita untuk "ikhlas" dan mengharap ridha dari-Nya. Shalat yang hanya sekedar "menggugurkan" kewajiban adalah shalat yang tidak banyak memberikan bekas dalam kehidupan. Allah menjelaskan: "Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya mengabdikan (beribadah) kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) dien... " (Qs. Al-Bayyinah: 5).
Sahalat sebagai sarana memperoleh pertolongan Allah, “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai sarana untuk memperoleh pertolongan Allah,….”(Qs. Al-Baqarah: 153)
Begitu pentingnya shalat baik dalam keadaan apapun baik dikala lapang atau sempit, baik dikala sehat atau sakit
Dan implementasi orang-orang yang aqimusshalah dilihat diluar shalatnya mereka melakukan amr ma’ruf nahi munkar
Insya Allah, dengan shalat dapat membedakan kaum muslim dengan orang-orang kafir. Wallahu a`lamu bi al-shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar