Q.s (52): 21.
Artinya :
”Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.”.
Pertemuan antara keturunan yang mengikuti keimanan. Sangat naïf bila pengertiannya diartikan pertemuan terhadap anak, cucu, bapak, ibu, selama mengikuti keimanan.
Keturunan diartikan bila seseorang memberikan kajian tentang Islam dan memberikannya, menyampaikannya kepada orang lain, Allah akan mempertemukannya. Keterikatan, bagaimanapun bentuknya bukanlah tanpa nilai. Penganugrahan motivasi dari sistem pikir memberikan anggapan baiknya sebuah keterikatan. Kebaikan sebuah keterikatan ditandai dengan adanya kebanggaan terhadap keterikatannya.
Keterikatan ini tidak hanya sebagai simbol yang hanya dipajang tetapi merupakan sarana untuk mempermudah suatu tindakan, baik itu tindakan yang buruk ataupun sebaliknya. Keterikatan selalu terkait dengan baik dan buruk. Keterikatan akan selalu menimbulkan pertentangan-pertentangan.
Awal keterikatan seorang muslim adalah terikat manusia dengan Allah sehingga dengan keterikatannya tersebut manusia dilahirkan.
Q.s (7): 172-174.
Artinya :
”Dan (ingatlah), ketika Rabbmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Rabbmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Rabb kami), kami menjadi saksi." (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini",
atau agar kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Rabb sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu”.
Dan demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu, agar mereka kembali (kepada kebenaran)”.
Kesaksian dalam Islam adalah setelah manusia melihat, seseorang akan diminta laporan tentang pemberdayaan apa yang telah diberikan. Sehingga tidak ada alasan untuk mengatakan seperti pada ayat 173.
Komitmen yang kedua adalah ibadah. Seorang muslim sangat terikat dengan ibadah, sehingga seluruh aktifitas manusia harus dikaitkan dengan pengikatannya kepada Allah untuk beribadah.
Seseorang yang mempunyai aqidah yang kuat akan bekerja dikarenakan perintah Allah untuk melakukannya. Ia hanya mengharapkan keridhaan Allah, bukan pada hasil fisik.
Tingkatan komitmen selanjutnya adalah keterikatan pada al-haq.
Q.s (7): 181.
Artinya :
”Dan di antara orang-orang yang Kami ciptakan ada umat yang memberi petunjuk dengan hak, dan dengan yang hak itu (pula) mereka menjalankan keadilan”.
Keadilan akan hadir bila ada kebenaran.
Komitmen.
1) Komitmen rubbubiyah, keterikatan terhadap janjinya kepada Allah.
2) Komitmen mulkiyah, keterikatan untuk beribadah.
Q.s (3): 102.
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan Muslim”.
Jembatan komitmen uluhiyah berisi takwa. Dengan takwa mereka dapat berserah diri.
Peringkat komitmen.
1. Mengikatkan diri tanpa paksaan.
2. Diikat.
3. Terikat.
Q.s (2): 208.
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara kaffah, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”.
Pengikatan ini tidak memiliki jeda. Setan nyata, sifatnya telah menjadi mubiin pada manusia.
Tiga komponen Islam kaffah.
1. Berpikir Qurani.
2. Bersikap Islami. Pengaturan semua tindakan pada syariat.
3. Berakhlak rabbani.
Q.s (18): 28-29.
Artinya :
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Rabbnya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.
Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Rabb; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir." Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek”.
Perintah sabar, bersama orang-orang yang menyeru Rabb pada keadaan sempit maupun luas, susah maupun senang. Kami lalaikan adalah sesuatu yang berhubungan dengan keduniaan sehingga hubungan vertikal terputus.
Q.s (2): 256.
Arinya :
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) Diin (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Samii’uun ‘Aliim”.
Tidak ada paksaan jangan dijadikan hukum untuk membiarkan keturunan memilih bahkan mengambil jalan yang salah.
Iltizam merupakan pembebasan keterikatan manusia dari selain Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar