Apakah benar beliau tidak bisa membaca dan menulis?
Apa yang Dimaksud Ummi?
Allah swt berfirman artinya :
“Orang-orang yang mengikut Rasul (yang
merupakan) Nabi yang ummi (tidak bisa membaca, menulis, dan menggunakan ilmu
hisab) yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada
di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan hal-hal yang ma’ruf dan
melarang mereka dari hal-hal yang mungkar, menghalalkan bagi mereka segala yang
baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk, dan membuang dari mereka
beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Orang-orang yang
beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya, dan mengikuti cahaya yang terang
yang diturunkan kepadanya (Al-Qur’an) adalah orang-orang yang beruntung.” (QS.
Al-A’raf: 157)
Qatadah menyatakan bahwa yang dimaksud dengan ummi adalah
tidak bisa menulis. (Tafsir Ath-Thabari, 6: 105)
Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya menyebutkan bahwa sifat
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam telah disebutkan dalam kitab
nabi-nabi sebelumnya yaitu disebutkan bahwa beliau adalah seorang yang ummi.
Para nabi sebelumnya memerintahkan untuk mengikuti Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam. Sifat tersebut masih terus ada dalam kitab mereka. Ulama dan
rahib mereka bahkan sangat mengetahui hal itu. (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 4:
95)
Namun keummian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bukan
berarti tidak memiliki ilmu, bahkan beliau adalah orang yang sangat alim dan
berilmu.
Ibnu Taimiyah rahimahullah mengingatkan bahwa keummian Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bukanlah berarti beliau tidak berilmu
atau tidak bisa menghafal, bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah
imamnya para Nabi dalam hal itu. Disebut ummi hanyalah karena beliau tidak bisa
menulis dan tidak bisa membaca sesuatu yang tertulis. (Majmu’ah Al-Fatawa, 25:
172)
Apa Hikmah Nabi Muhammad Tidak Bisa Membaca dan Menulis?
Disebutkan dalam ayat lainnya,
“Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al Quran) sesuatu Kitabpun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu Kitab dengan tangan kananmu; andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang mengingkari(mu).” (QS. Al Ankabut: 48)
Imam Syaukani rahimahullah menyebutkan, “Seandainya Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang mampu membaca dan
menulis, tentu orang-orang akan berkata bahwa ajaran beliau hanyalah dari hasil
membaca kitab-kitab Allah yang ada sebelumnya. Ketika disebut bahwa Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah seorang yang ummi, yaitu tidak
bisa membaca dan menulis, tentu tidak ada yang ragu lagi pada (ajaran) beliau
(yaitu yang beliau bawa adalah wahyu ilahi, -pen). Sehingga yang mengingkari
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam paling hanya karena kesombongan
atau termakan syubhat.” (Fath Al-Qadir, 4: 273).
Wallahu waliyyut taufiq was sadaad.
Referensi:
Fath Al-Qadir. Cetakan Ketiga Tahun 1426 H. Muhammad bin
‘Ali Asy-Syaukani. Tahqiq: Dr. ‘Abdurrahman ‘Umairah. Penerbit Dar Ibnu
Hazm-Darul Wafa’.
Jami’ Al Bayan ‘an Ta’wil Al-Ayi Al-Qur’an (Tafsir
Ath-Thabari). Cetakan Pertama Tahun 1423 H. Abu Ja’far Muhammad bin Jarir
Ath-Thabari. Penerbit Dar Ibnu Hazm.
Majmu’ah Al-Fatawa. Cetakan Keempat Tahun 1432 H. Ahmad bin
‘Abdul Halim Al-Harrani (Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah). Penerbit Dar Ibnu
Hazm-Darul Wafa’.
Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim. Cetakan Pertama Tahun 1431 H.
Ibnu Katsir. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar