Senin, 09 Juni 2008

RENUNGAN UNTUK ISTRI SHALIHAH

Hadist Nabi:

”Tidak ada yang lebih bermanfaat dan lebih baik bagi seorang Mukmin sesudah bertakwa kepada Allah, kecuali istri shalihah, yakni istri yang apa bila diperintahkan selalu taat, bila dilihat menyenangkan, bila diberi nafqah menerima dengan senang hati, dan bila suami tidak ada dirumah, ia senantiasa memelihara kehormatan dan menjaga harta suaminya.” (H.R. Ibnu Majah).

Seperti itulah istri yang diharapkan oleh seorang “HAMBA ALLAH” yaitu istri yang shalihah. Ia adalah istri yang memahami fungsi dirinya terhadap suami dan tidak merusak kepemimpinan suami, tidak berlaga sebagai pemimpin rumah tangga, ia adalah istri yang taat bila diperintahkan dan menyenangkan bila dilihat. Ia yang selalu menerima pemberian suami dengan rasa qanaah, tanpa menuntut apa-apa yang diluar kemampuan suami dalam mencari nafqah, ia istri yang menutup diri dari ganguan laki-laki dengan cara tidak keluar rumah tanpa sepengetahuan suami atau saat suami pergi dan tidak mengijinkan leleki bukan mahram masuk rumahnya, ia juga pandai menjaga harta suami, tidak menghambur-hamburkannya untuk sesuatu yang tidak bermanfaat dan tidak mengeluarkannya tanpa sepengetahuan suami.

Terhadap anak-anaknya ia pandai mendidik dan mengurusnya. Dan terhadap perjuangan dakwah suaminya ia juga ikut mendukung dan membantunya. Tidak membiarkan dirinya terlarut dalam su’uzhan apabila suami tidak ada dirumah, karena tidak dinikahi istri hanya untuk membantu dari pada perjuangan suami, yang notabene sudah diketahui oleh istri sebelum ia menjadi hak atas suaminya.

Kepergian suami jangan diharap untuk pulang mungkin ia tidak akan pulang karena panggilan Illahi atau untuk diennya, hanya doa bagi istri yang shalihah yang terlantun dari manis bibirnya mengiringi langkah-langkah suami yang akan meringankan kepergian sang suami, betapah indah hidup ini pah bila bersanding dengan calon zanah. Tapi harus diingat ada juga istri yang sebaliknya yang cemburu dan berusaha untuk menghalangi suami untuk menegakkan diennya, karena ia tersesat dengan madiyyah, itu akan menjadi bencana dalam rumah tangga seperti yang tersirat dalam qur’an dan hadist, itu bukan ciri bagi istri yang shalihah, ia lebih mengutamakan hawa nafsunya ketimbang keimanan.

Dalam,Q,s At-Taghaabun ( 64 ): 14 – 15,

Artinya :

"Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Ghafuruur Raahiim
"Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar".

Bahwa istri dan anak bisa menjadi cobaan dan musuh, kenapa bisa begitu karena terdorong oleh Hawa Nafsunya dalam bentuk Materi.

Dalam Q,s, At-Tahrim (66):11

Arinya :

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan".

Jagalah diri keluarga (harta istri dan anak) dari api neraka Nau’zhu billah. Alangkah malangnya sang istri diberi kepercayaan oleh suami tapi ia menyalahi amanah yang diberikan padanya.


Tapi bagi suami ataupun istri harus diingat apa-apa yang menjadi kecintaan kalau memutlakkan kecintaanya pada dunia, materi atau pada apapun akan terkena stikma dari Allah, dialah orang-orang yang fasik seperti dijelaskan dalam q.s At-taubah, (9):24

Artinya:

Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik".

Jelas disini bahwa kalau yang dicintai bukan Allah dan Rasul-Nya, walaupun orang tersebut mengaku Muslim tapi Keislamannya hanya terbatas pada ucapan saja belum terimplementasi atau teraktualisasi dalm kehidupan sehari-hari maka orang tersebut dicap Fasik kenapa karena ia sudah mengetahui kebenaran yang datang dari Qur’an dan Sunah.


Sebagai penutup coba kita lihat kembali Q.s Ash-shaf (60): 3,

Artinya :

"Karib kerabat dan anak-anakmu sekali-sekali tiada bermanfaat bagimu pada Hari Kiamat. Dia akan memisahkan antara kamu. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan".

amat besar kebencian Allah apa bila kau mengetahui tapi tidak melaksanakannya.

Semoga hal tersebut menjadi renungan untuk para istri shalihah, semoga benar-benar menjaga segala prioritas yang menjadi atau yang di amanahkan kepadanya, semoga Allah menjagamu dari hal-hal yang bersifat gemerlap keduniawian Amiin…….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar